Tag Archives: Jakarta Great Sale

Jakarta Great Sale: Mungkinkah Jakarta Saingi Singapura?

KOMPAS
Selasa, 29 Juli 2008
TEROPONG, halaman 34

JAKARTA GREAT SALE
Mungkinkah Jakarta Saingi Singapura?



R ADHI KUSUMAPUTRA

Jakarta Great Sale 2008 berakhir pada hari Minggu (27/7). Setelah digelar selama satu bulan sejak 27 Juni, pesta diskon Jakarta ini mampu mencapai target omzet sekitar Rp 6 triliun. Pada masa depan, mampukah Jakarta Great Sale menyaingi Great Singapore Sale?

Untuk saat ini harapan itu masih terlalu tinggi dan sulit dicapai. Sebab, siapa pun tahu Great Singapore Sale (GSS) betul-betul digarap secara profesional dan terpadu. Dukungan penuh Pemerintah Singapura mampu membuat GSS menjadi salah satu agenda wisata yang ditunggu-tunggu.

GSS dipadukan dengan agenda wisata lainnya, seperti Singapore Arts Festival, Singapore Food Festival, Singapore Heritage Festival, dan atraksi wisata lainnya. Pusat aktivitas GSS tak hanya di kawasan Orchard Road, di mana banyak orang Indonesia suka suasana pedestrian lebar dengan puluhan pusat perbelanjaan. GSS juga meluas ke Marina Bay, tempat banyak wisatawan menghabiskan malam dan menikmati suasana tepi sungai yang kini sudah bersih.

Suasana berbelanja yang menyenangkan ini dilengkapi dengan kenyamanan dalam melakukan akses transportasi karena siapa pun mengakui, mass rapid transit (MRT) Singapura termasuk yang terbaik di dunia, yang menjangkau semua wilayah di kota-negara itu.

Bagaimana dengan JGS?
Nah, bagaimana dengan Jakarta Great Sale? Mampukah JGS menggaet wisatawan mancanegara agar mau berbelanja dalam pesta diskon di Jakarta? Sampai penyelenggaraan JGS ke-10 tahun 2008, JGS masih membidik wisatawan nusantara atau lebih tepatnya masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. JGS masih sebatas slogan pesta diskon, tetapi belum digarap maksimal.

Kondisi ini diakui oleh Suryadi Sasmita, yang terlibat penyelenggaraan JGS sejak awal, tahun 1999. Bahkan, Suryadi pernah kecewa pada sikap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang belum satu suara mendukung JGS. Gubernur (waktu itu) Sutiyoso sudah menyetujui keringanan pajak reklame bagi sponsor yang mendukung JGS untuk spanduk-spanduk yang dipasang di seputar Jakarta, tetapi pada kenyataannya, Pemprov DKI tetap menagih pajak reklame. Insentif yang dijanjikan hanya janji kosong belaka.

Keadaan ini menyiratkan dukungan setengah hati dari Pemprov DKI Jakarta. Bagaimana JGS dapat menyaingi Singapura jika dukungan pemerintah setengah-setengah? Sebab, jika kita ingin belajar dari GSS, justru sinergi pemerintah dan swasta yang membuat GSS menjadi daya tarik Singapura selama ini.

JGS 2008 sebetulnya minim biaya promosi. Ini diakui Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Arie Budhiman. Bahkan, tahun ini Pemprov DKI sama sekali tidak memberi kontribusi biaya promosi.
Wajar jika gaung JGS belum terasa ke mancanegara. Jangan harap banyak orang asing tahu ada JGS, seperti mereka tahu ada Great Singapore Sale, Malaysia Mega Sale atau Hongkong Great Sale. Sebab, badan pariwisata asing rutin memasang iklan di media-media di Indonesia. Bukan hanya itu, Singapore Tourism Board rajin mengundang jurnalis Indonesia agar GSS dilaporkan dalam media masing-masing.

Ketua Panitia Pelaksana JGS 2008 Benjamin Mailool mengakui target utama JGS masih tetap wisatawan nusantara. Untuk memasang iklan di media asing atau mengundang jurnalis asing ke Jakarta, panitia JGS masih berpikir ulang, mengingat anggaran promosi yang terbatas.

Tidak kalah
Uniknya, meski dalam persiapan tidak maksimal pun, JGS 2008 tetap mampu mencapai target dengan omzet Rp 6 triliun. Jumlah pengunjung JGS 2008 juga naik sampai 25 persen dibandingkan dengan JGS 2007. Kondisi riil ini dipengaruhi oleh dibukanya sejumlah mal papan atas, seperti Pacific Place di kawasan Sudirman Center Business District, Grand Indonesia di kawasan Bundaran HI, Senayan City di kawasan Senayan, dan Pluit Junction di kawasan CBD Pluit.

Empat pusat perbelanjaan baru ini meyakinkan kita sebenarnya Jakarta sangat layak menggelar JGS yang membidik target wisatawan mancanegara dan nusantara. Vice President Luxury Shopping Mall Pacific Place Dianne Pearce bahkan yakin Jakarta dapat menyaingi Singapura karena sebenarnya kualitas mal-mal di Jakarta tidak kalah dengan mal-mal di negeri singa itu. Singapura dapat membuat GSS seperti sekarang dalam waktu 15-20 tahun.

Program JGS yang digelar Senayan City dengan midnight sale dan Plaza Indonesia dengan midnight shopping, kata Roy Mandey, event organizer, salah satu faktor membeludaknya pengunjung. Diskon gede yang ditawarkan Debenhams, Seibu, sampai brand Mango membuktikan JGS cukup mengena di hati masyarakat Indonesia yang ”gila belanja”.

Kualitas mal-mal di Jakarta saat ini dianggap sebanding dengan mal-mal di Singapura, Malaysia, Hongkong. Lihatlah misalnya Grand Indonesia, pusat perbelanjaan dan rekreasi dengan luas terpakai 110.000 meter persegi yang menghadirkan nuansa kawasan beragam dari suasana Timur Tengah sampai Oriental. TB Gramedia bahkan untuk kali pertama menampilkan wajah desain ”mewah” dan menghadirkan kafe di sini.

Pacific Place dengan penyewa brand-brand terkemuka mencari pasar pembelanja menengah atas. Supermarket Kem Chiks menjadi salah satu daya tarik orang asing datang ke Pacific Place. Sementara itu, Senayan City memikat sebagai tempat makan dan nongkrong.

Di pojok pertigaan Jalan Sudirman-Jalan Pintu Satu Senayan, baru dibuka mal gaya hidup, FX-Generation, yang menonjolkan tempat hang out dan clubbing. Mal yang dikelola Grup Plaza Indonesia ini pun jadi incaran penikmat hidup yang dapat nongkrong hingga pukul 02.00 pada akhir pekan. Suasana Orchard Road Singapura dan Bukit Bintang Kuala Lumpur dapat ditemukan di FX.

Sebetulnya dengan ”modal” mal-mal yang secara kualitas tidak kalah dengan mal-mal di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Hongkong, JGS dapat bersaing dengan pesta-pesta diskon di berbagai negara itu. Persoalannya, adakah niat menjadikan JGS agenda wisata Jakarta yang ditunggu banyak orang? Gubernur Fauzi Bowo yang pernah menjabat Kepala Dinas Pariwisata tentu lebih paham bagaimana membuat JGS destinasi wisata Jakarta.

Namun, sayangnya, sejauh ini belum ada sinergi antara maskapai penerbangan, kalangan perhotelan, pengusaha restoran, pengusaha taksi, dan pengelola mal. Semua masih berjalan sendiri dengan ego masing-masing. Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Budi Karya Sumadi berharap pusat rekreasi keluarga itu juga dapat menjadi salah satu destinasi wisatawan yang datang ke JGS.

Jaringan hotel internasional, seperti Accor dan Aston, ataupun jaringan hotel nasional, seperti Santika, dapat diajak dalam program JGS. Maskapai penerbangan nasional, pengusaha taksi, pengusaha restoran, patut dilibatkan. Betapa dahsyatnya JGS jika semua bersinergi.

Tiga koridor baru bus transjakarta yang beroperasi September mendatang membuat jangkauan transportasi massa makin luas. Mungkin ini bisa membantu Jakarta mengatasi persoalan kemacetan lalu lintas, sambil menunggu MRT Lebak Bulus-Dukuh Atas beroperasi pada tahun 2014, sesuai janji Gubernur Fauzi Bowo.

Memang dibutuhkan sinergi terpadu agar JGS pada tahun-tahun mendatang menjadi atraksi wisata Jakarta yang ditunggu-tunggu. Tak ada kata lain kecuali sinergi!


Kolom Blog Adhi Ksp: Jakarta Great Sale, Mungkinkah Saingi Singapura?

Kolom Blog Adhi Ksp

Jakarta Great Sale, Mungkinkah Saingi Singapura?
HARI Jumat (27/6) malam lalu, saya iseng ke Hotel Grand Hyatt Jakarta di Jalan MH Thamrin. Awalnya saya tidak terlalu “ngeh” bahwa pada malam itu di Plaza Indonesia, akan ada Midnight Sale. Setelah kesulitan mencari parkir lebih dari 30 menit (teman saya lebih stres lagi, lebih dari satu jam, tetap tak dapat tempat parkir), barulah saya tersadar bahwa malam itu akan digelar Midnight Sale.
Saya ingat sepekan sebelumnya, di Senayan City, juga ada Midnight Sale selama empat malam. Gila. Banyak sekali orang yang berbelanja produk-produk berkelas dengan harga diskon.

Debenhams, ritel baru di bawah pengelolaan PT Mitra Adi Perkasa (MAP) ini menjual produk berkelas dengan harga diskon, seperti yang biasa dibeli banyak orang Indonesia bila sedang ke Singapura. Sukses Debenhams ini terulang lagi ketika ritel yang sama di Plaza Indonesia, menggelar Midnight Sale serupa pada 27 Juni lalu.

Pada malam itu, bukan hanya Plaza Indonesia, tetapi juga Grand Indonesia, pusat belanja dan rekreasi keluarga baru, yang lokasinya bertetangga dengan Plaza Indonesia, yang menggelar Midnight Sale. Pantas, Jalan MH Thamrin, di seputaran Bundaran HI selepas pukul 21.00 masih padat. Dari Midnight Sale selama dua pekan terakhir ini, saya mengambil kesimpulan betapa orang Indonesia “haus” berbelanja. Pantas saja selama ini banyak yang mencari produk berkelas berharga murah di Singapura.
Hari Minggu (29/6) sore, Jakarta Great Sale resmi dibuka Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di atrium pusat belanja dan rekreasi keluarga baru, Pacific Place di kawasan superblok SCBD, Jakarta. Dalam acara yang menonjolkan seni dan budaya Betawi itu, hadir pemilik Pacific Place (termasuk apartemen dan Hotel The Ritz-Carlton) adalah Sugianto Kusuma alias Aguan dan Tan Kian. Asal tahu saja, Pacific Place dibangun dengan nilai investasi sekitar 500 juta USD.
Pak Fauzi kemudian bilang bahwa Jakarta Great Sale akan dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menyaingi Great Singapore Sale, Malaysia Mega Sale ataupun Hongkong Great Sale. Saya sependapat dengan pernyataan Pak Gubernur.
Saya pernah mendapat tugas meliput Great Singapore Sale (GSS) beberapa tahun lalu. GSS dikemas sedemikian rupa. Singapore Tourism Board atau STB memadukan semua pihak sehingga event GSS menjadi atraktif. Jadi tidak sekadar mengajak wisatawan asing berbelanja, tetapi juga mengajak mencicipi kuliner dalam Singapore Food Festival dan mengajak menonton acara seni budaya dalam Singapore Art Festival, yang waktunya disesuaikan dengan waktu pernyelenggaraan GSS, yang biasanya digelar sejak Mei hingga Juli.
Ketika wartawan Indonesia termasuk saya diajak ke Safari Night di Singapura, saya pun bertanya-tanya, apa bagusnya ya Safari Night di sana. Menurut saya, Taman Safari Indonesia milik Pak Frans Manangsang lebih bagus kok, lebih lengkap koleksi satwanya. Ternyata Singapura jago “menjual”. Promosi mereka gencar, sehingga kata-kata lebih indah dari faktanya.

Lalu wartawan Indonesia diajak ke lokasi spa. Waktu saya bilang sama “guide” STB bahwa spa di Indonesia lebih bagus dibandingkan spa di negeri itu. Petugas STB bilang spa itu berasal dari Thailand. Saya bilang lagi, wah kalau di Indonesia, spa-spa dengan aroma khas di Jawa Tengah dan Yogyakarta masih yang terbaik. Tetapi saya akui bahwa pengorganisasian dan promosi GSS oleh STB memang luar biasa. “Marketing” Singapura oke punya.

Tadi saya sempat ngobrol dengan Vice President Luxury Shopping Mall PT Pacific Place Indonesia Dianne Pearce. Dia bilang Singapura mampu merealisasikan itu dalam waktu 15-20 tahun. Dianne yakin Jakarta Great Sale pun punya potensi menyaingi GSS asal semua pihak bersinergi dengan dukungan pemerintah. Infrastruktur transportasi juga perlu diperhatikan karena masalah kemacetan lalu lintas merupakan persoalan tersendiri.
Menunggu MRT Lebak Bulus-Dukuh Atas selesai dan beroperasi tahun 2014, wah terlalu lama. Busway? Belum menjangkau semua wilayah, termasuk kawasan SCBD. Menurut Dianne, perlu terobosan lain misalnya monorel yang menghubungkan mal satu dengan yang lainnya. Dan ini akan lebih mengundang banyak wisatawan asing datang ke Jakarta.
JGS mendatang lebih baik?
Pak Fauzi Bowo pernah menjabat Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta tahun 1990-an. Karena itu tentu kita berharap “sentuhan” Pak Fauzi Bowo dalam JGS mendatang membuat JGS makin lebih baik.
Kualitas mal-mal di Jakarta tidak kalah dari mal di Singapura. Bahkan Grand Indonesia (milik Grup Djarum dan Grup Wings) dan Pacific Place (milik Sugianto Kusuma dan Tan Kian) dapat disebut pusat perbelanjaan modern dengan segmen pasar kelas menengah dan menengah atas. Senayan City pun demikian. Gerai waralaba dan produk yang dijual, tak jauh beda dengan di Singapura, Malaysia, Hongkong dan lainnya.
Cobalah Anda datang ke mal-mal baru itu. Susah cari parkir dan selalu penuh. Jarang ada mal di Jakarta yang lahan parkirnya lengang. Mungkin berapa pun mal baru yang dibangun, akan selalu ramai, terutama mal-mal middle-up. Mungkin ini pertanda kelas menengah Indonesia terus tumbuh berkembang. Mungkin ini juga pertanda ekonomi kota ini terus menggeliat, meski tingkat inflasi masih tinggi.
Bukan hanya mal baru yang ramai, tetapi juga pusat-pusat belanja yang sudah lama berdiri juga masih ramai. Plaza Senayan, Pondok Indah Mal, Mal Taman Anggrek, Mal Ciputra, Mal Kelapa Gading dan sebagainya. Di pinggiran Jakarta, di daerah perumahan yang sedang berkembang ada Summarecon Mal Serpong dan Supermal Karawaci, juga Cibubur Junction.
Nah, kembali ke soal Jakarta Great Sale. Saya sempat tanyakan kepada Pak Benjamin Mailool (CEO dan Presiden PT Matahari Putra Prima Tbk), Ketua Pelaksana JGS 2008 dan Surjadi Sasmita (Presiden PT Indonesia Wacoal), Sekretaris Pelaksana JGS, mengapa JGS kurang promosi. Mereka bilang karena persiapannya hanya satu bulan. Tetapi, mereka katakan bahwa JGS tahun-tahun mendatang, akan lebih baik.
Aneh jika misalnya JGS tak punya anggaran promosi dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Pak Arie Budhiman, Kepala Dinas Pariwisata bilang, dia pun belum lama menjabat sehingga persiapan pun kurang. Tapi JGS mendatang, Pak Arie bilang anggaran promosi pasti ada.

Lha, siapa yang mau datang, jika tak ada promosi tentang JGS? Sebagus apa pun produk, tapi kalau tidak diinformasikan, ya akan sedikit yang datang, kata Pak Fauzi.
Saya sempat ngobrol dengan Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Budi Karya Sumadi. Pak Budi bilang kalau saja JGS dipadukan dengan paket hotel, penerbangan, agen perjalanan, dan pusat rekreasi keluarga seperti Ancol, tentu hasilnya akan lebih maksimal.
Peran pemerintah menjadi fasilitator menjadi sangat penting karena biasanya masing-masing asosiasi lebih sering menonjolkan ego sendiri daripada bersinergi. Nah Pak Mara Oloan Siregar, Asisten Perekonomian DKI Jakarta mengatakan ke depan, pihaknya akan menjadi fasilitator agar JGS dikerjakan dengan sinergi antar-asosiasi.
Kita tunggu realisasinya, Pak!

FOTO DIBLOG INI FOTO GUBERNUR DKI JAKARTA FAUZI BOWO SAAT BERBELANJA DI “M” PACIFIC PLACE, MINGGU 29 JUNI 2008 USAI MERESMIKAN JAKARTA GREAT SALE. FOTO OLEH R ADHI KUSUMAPUTRA/KOMPAS

Jakarta Great Sale 2009 Dipindah ke Bulan April

KOMPAS
Sabtu, 21 Juni 2008
Metropolitan

Jakarta Great Sale 2009 Dipindah ke Bulan April

Ketika menggelar Jakarta Great Sale kali pertama tahun 1999, Suryadi Sasmita bercerita bahwa dia sempat kecewa karena acara ini tidak didukung pemerintah dan otoritas bandara.

”Saya minta agar pemasangan spanduk Jakarta Great Sale di setiap bandara di Indonesia. Tapi, rencana itu tidak jalan. Pernah kami pasang spanduk di Jakarta, tapi malah dikenakan pajak. Padahal gubernur waktu itu Sutiyoso sudah setuju,” kata Suryadi Sasmita, Sekretaris Pelaksana JGS 2008.

Selama bertahun-tahun, JGS menjadi sekadar acara rutin pengisi HUT Kota Jakarta. Nah, apakah JGS 2008 bisa berubah?

Ketua Pelaksana JGS 2008 Benjamin Mailool mengakui masih ada kekurangan di sana-sini dalam penyelenggaraan JGS. Namun, dia optimistis, JGS 2008 yang didukung oleh 16 asosiasi ini bakal lebih meriah.

”Saya baru bisa mempersiapkan JGS satu bulan terakhir ini,” ungkap Benjamin. Namun, 16 asosiasi yang mendukung JGS 2008 sepakat menyukseskan acara ini.

Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Arie Budhiman mengakui tak ada anggaran promosi untuk JGS 2008. Arie berharap 30 persen pajak restoran, pajak hiburan, dan pajak hotel dikembalikan ke dalam bentuk promosi untuk memperkenalkan tempat-tempat wisata potensial di Jakarta.

Tak adanya biaya promosi mengesankan JGS kurang serius digarap. Namun, Asisten Perekonomian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Mara Oloan Siregar mengatakan, kerja sama berbagai asosiasi dalam JGS 2008 merupakan langkah awal menuju JGS yang lebih baik.

Suryadi mengungkapkan, mepetnya waktu pelaksanaan JGS membuat dirinya menghubungi langsung pemilik dan pengelola pusat perbelanjaan dan ritel di Jakarta. Namun, ia mengatakan, di masa depan, pelaksanaan JGS harus lebih profesional.

”Gubernur Fauzi Bowo setuju jika pelaksanaan JGS 2009 tidak lagi digelar bulan Juni. Kami mengusulkan JGS dilaksanakan bulan April. Pertama, bulan Juni bagi banyak orang Indonesia, bulan di mana pengeluaran lebih banyak untuk membayar pendidikan anak. Kedua, acara JGS sudah didahului Great Singapore Sale yang dimulai bulan Mei,” kata Suryadi, yang juga Presiden PT Indonesia Wacoal.

Roy Mandey, event organizer JGS 2008, melihat perlunya dibentuk Jakarta Tourism Board (JTB) jika JGS ingin lebih baik.

JTB akan bekerja sebelum JGS digelar sampai acara dilaksanakan. Brand-brand internasional misalnya, dapat ikut jika dikontak enam bulan sebelumnya.

Paket-paket ”One Day Shopping” dapat ditawarkan ke orang asing di Bali. Mereka berangkat pagi, kemudian berbelanja seharian di mal-mal di Jakarta, makan di restoran dengan potongan harga khusus, dan kembali ke Bali pada malam harinya.

Diakui, dalam JGS 2008, panitia tak cukup punya banyak waktu menghubungi semua hotel, maskapai penerbangan, restoran, dan taksi sebagai pendukung JGS. Ini diakui Manajer Komunikasi Accor Indonesia Nieke P Handayani. Banyak hotel di bawah pengelolaan Accor sulit memberi respons karena waktu terlalu singkat. Maskapai penerbangan enggan memberi diskon karena pada bulan Juni-Juli masa liburan sekolah.

Dibutuhkan sinergi antar-asosiasi dan promosi terpadu agar JGS menjadi ikon wisata yang ditunggu-tunggu.


Banjir Diskon di Mana-mana!

KOMPAS

Satu, 21 Juni 2008

Metropolitan

R Adhi Kusumaputra

Jakarta Great Sale? Ya, mengapa tidak? Mereka yang biasa belanja ke Singapura, Malaysia, Hongkong, boleh tengok mal-mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta dan sekitarnya yang selama sebulan penuh, mulai Jumat, 27 Juni mendatang, mengikuti program yang bertema ”The Great Saletainment” itu.

Paramitha Rusady, salah seorang Duta Jakarta Great Sale (JGS) 2008, mengajak warga Indonesia agar tidak perlu berbelanja ke luar negeri, tetapi datanglah ke mal-mal peserta JGS. ”Mengapa harus buang-buang duit di luar negeri?” katanya.

Sebanyak 47 anggota Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta ikut serta dalam JGS 2008. Termasuk di antaranya pusat perbelanjaan baru, seperti Senayan City, Grand Indonesia, dan Pacific Place.

Sejumlah anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia juga menyemarakkan JGS, seperti Matahari, Metro, Pasaraya Grande, Star, Centro, Debenhams, Sogo, Parisian, Seibu, Ramayana, Rimo, Alfamart, Golden Truly, Java, Bata, dan Golf House.

Meskipun belum semua hotel yang berperan serta dalam JGS, ada beberapa hotel yang memberikan potongan harga selama JGS berlangsung, yaitu Hotel Aryaduta Jakarta, Hotel Jayakarta, Hotel Sahid Jaya, Hotel Oasis Amir, Hotel Sofyan, Hotel Ambhara, Hotel Bumikara Bidakara, dan Hotel Patra Jasa.

General Manager Jaringan Hotel Ibis Indonesia Thierry Douet yang ditanya Kompas secara terpisah mengatakan, lima Hotel Ibis di Jakarta tidak memberi diskon langsung, tetapi melalui paket.

Hotel Ibis Kemayoran dan Ibis Manggadua, misalnya, menawarkan paket menginap dengan tiket gratis masuk Ancol, Sea World, dan nonton atraksi Police Academy. Hotel Ibis Tamarin, Ibis Arcadia, dan Ibis Slipi menawarkan paket menginap dengan menyantap makanan dalam Festival Betawi.

Pengusaha spa di Jakarta juga tidak ketinggalan memberi potongan harga. Beberapa nama spa itu adalah Life Spa & Fitness, Arena, Odiseus, Taman Sari Royal Heritage Spa & Java Princess, Susan Walne Spa & Slimming Treatment, Balinese Spa, Giri Lola Spa Casablanca, dan Giri Loka Spa Hotel Harris Jakarta.

Banjir diskon dan hadiah
Matahari Department Store selama JGS 2008 ini memberikan diskon paket promo bervariasi, mulai dari ”beli satu dapat gratis satu”, ”beli produk seharga Rp 150.000 mendapat voucher belanja senilai Rp 50.000”, memperoleh diskon ganda, mendapat kupon belanja.

”Kami memberlakukan paket diskon khusus selama 27 Juni hingga 27 Juli di 30 gerai Matahari di Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok,” kata Direktur Merchandise Matahari Department Store Christian Kurnia.

Manajer Operasi Centro Juni Sukasmono mengungkapkan, dua gerai Centro di Plaza Semanggi dan Margo City Depok memberikan potongan harga sampai 50 persen untuk semua produk. ”Kami berharap JGS menjadi wisata belanja yang atraktif. Orang Indonesia tak perlu belanja di luar negeri karena produk yang dijual di sini berkualitas,” katanya.

Direktur PT Star Maju Sentosa Dewi Kartanegara (44) yang mengelola Star Department Store di Mal Kelapa Gading dan Summarecon Mal Serpong memberikan diskon sampai 50 persen untuk semua produk. ”Setiap Senin sampai Kamis, Star juga memberi hadiah, gift surprise kepada konsumen yang membeli barang senilai Rp 300.000,” kata Dewi.

Manajer Penjualan dan Promosi Parisian Department Store Agus Arismunandar mengatakan, gerai Parisian di Mal Taman Anggrek memberikan promosi Big One Sale hingga 70 persen. ”Kami memberikan hadiah kepada konsumen yang beruntung berupa satu unit TV LCD Sony 26 inci. Pemenang akan diundi,” katanya.

Manajer Promosi dan Iklan pusat perbelanjaan Grand Indonesia Ari Stefanus mengatakan, sebagai mal baru, Grand Indonesia memberi tempat bagi pedagang usaha kecil dan menengah atau UKM untuk menggelar dagangannya di lantai IV dan V di East Mall selama masa JGS.

”Kami tidak mengenakan biaya sewa, dan seluruh penjualan UKM dikembalikan kepada pedagang UKM. Grand Indonesia ingin berpartisipasi dengan cara berbeda. Ada UKM yang menggelar diskon, selain produk-produk yang sudah dikenal,” kata Ari.

Jakarta Great Sale 2008 akan dibuka secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Pacific Place di kawasan Sudirman Central Business District atau SCBD pada Jumat, 27 Juni. Rencananya, JGS ditutup dalam acara di Pluit Junction pada Jumat 27 Juli mendatang.

JGS disemarakkan dengan acara-acara talk show dengan para perancang busana Indonesia, ahli kecantikan yang diprakarsai Mustika Ratu. JGS juga menggelar Pesta Kuliner Betawi yang diprakarsai Pluit Junction dan acara belanja bersama artis di mal-mal.


Plaza Indonesia menggelar pameran ”The Potrait of Jakarta”, sedangkan Grand Indonesia ”Pameran UKM dan Parade Merah Putih”.

Perlu sinergi kuat
Jakarta Great Sale 2008 memang belum seperti Great Singapore Sale. Namun, jika sinergi 16 asosiasi yang mendukung JGS ditingkatkan, JGS bakal menjadi salah satu pesta diskon yang pasti ditunggu-tunggu. Apalagi jika di masa depan, JGS melibatkan kalangan perhotelan, penerbangan, restoran, dan usaha pariwisata lainnya. JGS akan menarik wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara.

Selama ini sudah menjadi rahasia umum, banyak orang Indonesia berbelanja di Great Singapore Sale (GSS) dan Malaysia Mega Sale (MMS). Gencarnya iklan yang dipasang di sejumlah media massa Jakarta oleh Singapore Tourism Board dan Malaysia Tourism Board membuat banyak orang Indonesia ramai-ramai membuang devisa, berbelanja di luar negeri.

Pertanyaannya kemudian, mengapa orang Indonesia lebih suka berbelanja di luar negeri? Padahal kualitas pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta saat ini tidak kalah dengan di Singapura, Malaysia, dan negara lainnya.

Jawabannya mudah. Jakarta Great Sale selama ini belum dikemas sedemikian rupa seperti halnya Singapura dan Malaysia. Kedua pemerintah negeri jiran itu sungguh-sungguh menggaet wisatawan mancanegara.

Akan tetapi, melalui JGS 2008, Jakarta mencoba menarik wisatawan Nusantara dan mancanegara. JGS dikemas dengan beragam acara hiburan.

Ayo kita nikmati pesta diskon di Jakarta!


FOTO di blog ini panitia pelaksana Jakarta Great Sale 2008 dari kiri Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Arie Budhiman, Seketaris Pelaksana JGS 2008 Suryadi Sasmita, Asisten Perekonomian DKI Jakarta Mara Oloan Siregar, Ketua Panitia Pelaksana JGS 2008 Benjamin Mailool, dan satu lagi Wakil Ketua Kadin. Foto oleh R Adhi Kusumaputra/Kompas