Jumat, 22 Aug 1997
Halaman: 18
Penulis: KSP
PROGRAM KOTA KEMBAR, MAMPU JALIN
PERSAHABATAN ANTARKOTA DI DUNIA
Masa depan kita tergantung pada hubungan yang dijalin dengan
bangsa-bangsa di dunia. Sejak didirikan, Sister Cities International
(SCI) telah berusaha memperkuat jalinan kerja sama dan menaburkan
hubungan internasional yang harmonis dan damai. Dalam era globalisasi,
adalah lebih penting bagi masyarakat untuk mengembangkan hubungan
dengan bangsa-bangsa lain…” (Sambutan tertulis Presiden AS Bill
Clinton selaku Ketua Kehormatan Sister Cities International pada
Konferensi SCI di San Diego, California, AS, akhir Juli 1997).
SEANDAINYA Dwight D Eisenhower (Presiden AS yang mendirikan
lembaga Sister Cities International-SCI tahun 1956) masih hidup, ia
pasti bangga melihat perkembangan SCI di AS saat ini. Program SCI di
AS tumbuh dengan subur. Sampai Juli 1997, tercatat 1.158 kota-kota di
AS menjalin hubungan sister city (kota kembar) dengan 2.082 mitra
kotanya di 123 negara di mancanegara.
Afiliasi kota kembar antara AS dan bangsa-bangsa lain di dunia di
mulai beberapa waktu setelah Perang Dunia II usai. Program ini
berkembang menjadi inisiatif nasional ketika Presiden Dwight D
Eisenhower menyampaikan gagasan program people-to-people dalam sebuah
Konferensi Gedung Putih pada tahun 1956.
Maksud Eisenhower adalah untuk melibatkan masyarakat dan kelompok
terorganisasi di AS di segala lapisan melakukan diplomasi hubungan
people-to-people, memupuk persahabatan melalui afiliasi kota kembar,
dan mengurangi kesempatan konflik dunia di masa depan.
SCI membawa gerakan nasional untuk pembangunan masyarakat lokal
(kota) dan aktivitas tenaga sukarela ke dalam arena global. Mewakili
1.200 kota, pemerintah daerah (counties), negara bagian (states), SCI
memotivasi dan memberi wewenang pada para profesional kota, pemimpin
masyarakat, dan kaum muda untuk mengadakan proyek-proyek jangka
panjang yang saling menguntungkan, dengan mitra kota kembar di
berbagai negara di mancanegara.
Apa sebenarnya tujuan SCI ? Bagi AS yang mempelopori lahirnya
gerakan ini, SCI antara lain bertujuan mengembangkan persahabatan
antara kota-kota, pemerintahan daerah, negara bagian di AS dengan
wilayah yurisdiksi yang sama di berbagai negara.
Selain itu, menciptakan peluang bagi warga kota untuk menimba
pengalaman dan menjelajahi kebudayaan lain melalui proyek jangka
panjang. Juga menciptakan suasana di mana hubungan ekonomi dan jalinan
perdagangan dapat dikembangkan, diimplementasikan dan diperkuat.
SCI mendorong lingkungan di mana mitra masyarakatnya dapat belajar
lebih kreatif, bekerja dan memecahkan persoalan bersama-sama. SCI juga
bekerja sama dengan berbagai organisasi di AS dan negara lain di dunia
yang memiliki tujuan yang sama.
Di setiap wilayah di dunia, program kota kembar tumbuh dengan
subur dan memainkan peranan penting mendukung pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Kota-kota di AS yang menjalin hubungan dengan
kota-kota lainnya di dunia melalui kesepakatan kota kembar yang
ditandatangani oleh pejabat kota bersangkutan (umumnya wali kota) dan
diratifikasi oleh dewan kota atau yang sejajar.
Untuk menjadi resmi, sebuah hubungan kota kembar harus mendapat
pengesahan dari penguasa lokal (pemerintah kota), dengan dukungan dari
tenaga sukarela masyarakat. Proses dinamis ini memberi kewenangan
kepada semua sektor dalam masyarakat untuk berperan serta dalam arena
global, dan memajukan diplomasi masyarakat pada tingkatan rakyat
biasa.
Konsep Amerika Serikat menggerakkan program kota kembar tentu saja
berbeda dengan negara-negara di kawasan Asia, seperti Indonesia,
Jepang, Korea Selatan dan Republik Rakyat Cina. Menurut Wakil Presiden
SCI Thelma Press kepada Kompas, konsep yang dijalankan AS selama ini
adalah people-to-people. Artinya, masyarakatlah yang menggerakkan
program kota kembar, apakah itu guru, pengusaha, insinyur, tenaga
sukarela. Pemerintah kota dalam hal ini kurang begitu berperan.
Sedangkan di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya,
pemerintah kota memegang peran dan kunci penting untuk menjalankan
program kota kembar. Yang mana yang terbaik ?
Direktur SCI untuk kawasan Asia-Oceania, John Donaldson kepada
Kompas mengatakan, jalan terbaik adalah kombinasi keduanya. Mengapa
masyarakat tetap penting berperan ? “Wali kota bisa diganti, tapi
masyarakat yang peduli tetap ada,” kata Donaldson. Kerja sama yang
dijalin dapat dilakukan berbagai bentuk, dari hubungan bisnis,
pertukaran pemuda, pelatihan, kesehatan, pertukaran pejabat
pemerintah.
Namun John Donaldson berpendapat pemerintah kota dan masyarakat
harus bekerja sama membangun “kampung dunia”, seperti topik Pacific
Rim Sister Cities International akhir Juli lalu. Pendapat ini juga
dikemukakan Robert Silalahi, Sekjen IULA Asia Pasifik yang juga
pejabat Pemda DKI Jakarta.
“Peranan pemerintah kota juga penting untuk kepentingan resminya.
Pejabat kota dan pejabat kota menandatangani perjanjian, tapi yang
bekerja selanjutnya adalah masyarakat. Ini yang terpenting,” kata
Thelma Press.
Sinergi antara masyarakat dan pemerintah kota akan mampu
memperkuat jalinan kerja sama kota kembar yang kini sudah dilakukan
sebagian besar kota-kota di seluruh dunia. Jepang dan AS misalnya,
sudah memiliki 350 kota kembar. AS dan Cina sudah menjalin sekitar 70
kota kembar, sedangkan AS dan Rusia sekitar 100 kota kembar.
Bagaimana dengan program kota kembar di Indonesia ? Jakarta
sendiri memiliki 12 hubungan kota/propinsi/negara bagian dengan
mitranya. Di antaranya yang hubungannya telah terjalin dengan amat
baik adalah dengan Tokyo, Seoul, Beijing, Rotterdam dan Paris. Dengan
kota-kota inilah, Jakarta menghangatkan kerja sama yang lebih akrab.
(adhi ksp, dari San Diego, Amerika Serikat)