Tag Archives: Kypto

KOMPAS
Jumat, 01 Nov 1996
Halaman: 22
Penulis: KSP

Catatan Ringan dari Kyoto
KYOTO, HARMONI SEBUAH KOTA

KALAU Anda ke Jepang, jangan lupa datang ke Kyoto. Di kota ini,
Anda bisa melihat kuil-kuil peninggalan zaman Shogun yang masih
dirawat dan dipelihara dengan baik. Di tempat inilah, kita bisa
memahami sejarah masa lalu Jepang. Kyoto -yang pernah menjadi Ibu
Kota Jepang- kini menjadi kota wisata yang selalu dibanjiri wisatawan
mancanegara dan domestik.

Kyoto tentu saja bukanlah kota bisnis yang sibuk -seperti Tokyo.
Kyoto dengan luas 610,6 kilometer persegi (kira-kira sama dengan luas
DKI Jakarta) dan berpenduduk sekitar 1,4 juta orang ini, memiliki
keindahan alam dan tradisi agung yang selalu diramaikan dengan
berbagai atraksi dan festival. Setiap sudut kota ini memperlihatkan
harmoni sebuah kota yang didominasi keteduhan dengan pemandangan
pepohonan yang hijau, pegunungan yang mengelilingi Kyoto, kuil-kuil
berusia ratusan tahun yang masih indah.

Sebuah kota yang dibangun pada tahun 794, dan kini masih tegak
berdiri. Lebih dari seribu dua ratus tahun lamanya Kyoto berada, dan
menyimpan banyak sejarah.

Perjalanan wisata yang diselenggarakan maskapai penerbangan Japan
Asia Airways (JAA) membawa sejumlah wartawan Indonesia mengunjungi
tempat-tempat bersejarah di Kyoto pekan lalu. Menurut pemandu Keiko
Toyokawa yang mengantar kami, Kyoto kini sudah tumbuh menjadi kota
modern, tanpa harus meninggalkan sejarah masa lalu Jepang.
Sejak tahun 794 hingga tahun 1185, warga Kyoto menikmati masa
panjang penuh kedamaian dan kesejahteraan. Masa itu disebut Masa Heian.
Separuh periode pertama, kebudayaan lebih banyak didominasi Cina,
namun pada separuh periode berikutnya, budaya asli Jepang mencapai
puncaknya pada masyarakat aristokrat.

Salah satu bukti betapa tingginya budaya masyarakat Jepang pada masa
itu, terlihat pada Kuil Heian yang dibangun pada abad ke-8 dengan gaya
Cina. Kuil Shrine yang ada sekarang dibangun pada tahun 1895 untuk
memperingati peringatan 1.100 tahun berdirinya Kyoto.
***

TAHUN 1869 merupakan tahun kesedihan bagi warga Kyoto. Mengapa?
Setelah lebih satu abad, pusat pemerintahan Jepang berada di Kyoto,
para penguasa memindahkan Ibu Kota ke Tokyo. Banyak orang
mengkhawatirkan kota itu akan menjadi kota Nara kedua, yang kini
hanyalah museum antik.

Namun untunglah Kyoto memiliki pemimpin yang enerjik. Lapangan
hiburan di Kawaramachi Street menjadikan kota itu tetap hidup. Hingga
sekarang pun Kyoto menjadi kota yang hidup dan tumbuh menjadi modern,
tanpa meninggalkan sisa-sisa peninggalan sejarah.
Kyoto, selain merupakan salah satu penghasil tekstil dan bahan-
bahan tradisional Jepang, juga pusat industri yang berkembang pesat.

Pegunungan rendah Tamba mengitari kota ini dari utara, timur, dan
barat. Dua puncak gunung, Hieizan dan Atagoyama, mendominasi kawasan
barat laut dan timur laut kota ini. Sungai Kamogawa dan Katsuragawa
melintas wilayah pusat dan barat Kyoto.

Lembah Kyoto ditemukan pada abad ketujuh oleh keluarga Hata, imigran
dari Korea. Pada tahun 603, mereka mendirikan kuil keluarga Hata di
Uzumasa yang berlokasi di bagian barat lembah itu. Pada tahun 794,
Kyoto -yang kemudian disebut Heiankyo- menjadi Ibu Kota Jepang.
Rencana membangun kota baru dibuat oleh Dinasti Tang dari Cina,
mengacu pada Ibu Kota Chang’an (Xi’an modern).

Kyoto kehilangan reputasi sementara sebagai pusat kekuasaan
nasional pada masa pemerintahan Kamakura (1185-1333), namun selama masa
pemerintahan Muromachi (1333-1568), shogun memantapkan diri di Kyoto,
dan kota ini dikembalikan statusnya sebagai pusat politik nasional.
Selama Perang Onin (1467-1477) yang merupakan tanda akan berakhirnya
kekuasaan shogun Muromachi, sebagian besar wilayah kota ini hancur.

Selama periode Edo (1600-1868), shogun Tokugawa memantapkan kekuasaan
di Edo (kini Tokyo), dan politik negara difokuskan dari Kyoto ke Edo.
Kini, Kyoto masih tetap mempertahankan diri sebagai pusat keindahan,
ekonomi dan agama. Sejumlah industri pabrik bermunculan seperti
nishinji-ori (kain brokat) dan yuzen-zome (kain sutera), tembikar,
barang-barang pernis, pembuatan boneka.

Sebagai bagian dari Kawasan Industri Hanshin, Kyoto memiliki
sejumlah pabrik elektrik, mesin dan kimia. Kota ini juga menjadi pusat
pendidikan dan kebudayaan. Saat ini terdapat 37 universitas dan
lembaga swasta, termasuk Universitas Kyoto dan uiniversitas Doshisha.
Kyoto juga memiliki 24 museum, termasuk Museum Nasional Kyoto meliputi
202 benda-benda berharga (20 persen dari jumlah yang dimiliki seluruh
Jepang) dan 1.684 benda-benda budaya bersejarah (15 persen). Kota
Kyoto ini sendiri sudah merupakan kawasan bersejarah yang dilindungi.

Istana Kerajaan Kyoto dan Kuil Nijo merupakan contoh luar biasa
tentang nilai arsitektur Jepang. Istana Terpisah Katsura dengan kolam
yang indah dan tempat minum teh, serta Istana Terpisah Shugakuin yang
dikelilingi kebun yang hijau, membuat para pengunjung merasa betah.
Tak jauh dari Stasiun KA Kyoto, ada dua kuil milik sekte Jodo Shin
yaitu Nishi Honganji dan Higashi Honganji, keduanya memperlihatkan
arsitektur Budha, seindah Pagoda Toji yang bertingkat lima.

Di sebelah timur Kamogawa, ada kuil Kiyomizudera yang terbuat dari
kayu dan dibangun di atas ngarai yang curam. Selain itu juga ada Kuil
Yasaka yang menjadi tempat penyelenggaraan tahunan Festival Gion
setiap bulan Juli, dan Kuil Shrine yang menjadi penyelenggaraan
Festival Jidai setiap bulan Oktober. Festival Jidai diadakan untuk
memperingati Kaisar Kammu, dan mempertontonkan sebuah prosesi pria dan
wanita dengan pakaian yang biasa digunakan sejak Restorasi Meiji tahun
1868.

Jika dihitung-hitung, jumlah festival tahunan yang selalu
diselenggarakan di Kyoto sebanyak 27 jenis, dari Hatsumode pada awal
tahun untuk memperingati tahun baru, Hadaka Odori (tari ular),
Setsubun (perubahan musim), Hina Matsuri (festival boneka), Miyako
Odori (tarian Kyoto), Mibu Kyogen (pantomim), Mifune Matsuri (festival
boat), Takekiri-E (upacara pemotongan bambu), hingga Kaomise
(permainan Kabuki).

Festival-festival tahunan yang selalu menjadi daya tarik wisatawan
baik dari luar Jepang maupun warga Jepang sendiri, memperlihatkan
keperkasaan ksatria samurai dan shogun pada masa silam. Penyelenggaraan
festival tahunan ini setidaknya menunjukkan sejarah Kyoto tak bisa
terlepas dengan kehadiran kuil dan istana kerajaan zaman dulu.

Kuil-kuil lainnya yang menjadi obyek wisata seperti Chion’in,
Ginkakuji yang dibangun tahun 1482 dan terkenal dengan tamannya;
Nanzenji di timur Kuil Heian di tengah-tengah hutan cemara.
Di utara Kyoto ada Kuil Kamo yang selalu menjadi penyelenggaraan
Festival Aoi setiap bulan Mei. Di sebelah barat laut Kyoto, ada Kuil
Zen Daitoku-ji dengan objek-objek seni bernilai tinggi. Juga ada
Kinkaku-ji dengan paviliun emas tiga tingkat. Kinkaku-ji dibangun pada
tahun 1397 oleh Shogun Ashikaga Yoshimitsu, berada di tengah kolam dan
taman hijau yang teduh.

Kuil Ninna-ji dengan kumpulan bunga cherry, serta Koryu-ji, keindahan
alam di ngarai Hozukyo, kawasan Sagano yang penuh pohon bambu, dan
bukit Takao, juga senantiasa memukau wisatawan yang berkunjung ke kota
tua ini.

Kyoto merupakan pusat nasional upacara minum teh dan susunan bunga
dan juga tempat kelahiran No, kyogen, kabuki dan seni tradisional Jepang
lainnya yang terkenal.

Pemerintah Kyoto tampaknya sadar betul bagaimana menarik pengunjung
(baik masyarakat Jepang sendiri yang ingin bersembahyang di kuil)
maupun wisatawan mancanegara yang ingin melihat dari dekat keindahan
arsitektur kuil-kuil dan istana kerajaan berusia ratusan tahun yang
masih terpelihara dengan baik. Modernisasi kota tetap dilakukan, namun
tetap memperhatikan keseimbangan.

Kyoto, harmoni sebuah kota. Kejayaan Jepang masa lampau dengan
kuil-kuil tua yang indah, diimbangi kejayaan Jepang masa kini dengan
hadirnya industri dan gedung jangkung. (adhi ksp)

Foto:
Kompas/ksp
KINKAKU-JI, “GOLDEN PAVILION” – Kuil Kinkaju-ji di Kyoto dibangun pada
tahun 1397 oleh Shogun Ashigaka no Yoshimitsu. Berada di tengah kolam dan
di antara kehijauan pohon, kuil yang berusia hampir 500 tahun ini menjadi
salah satu daya tarik wisatawan mancanegara.
Foto:
Kompas/ksp
KUIL HEIAN – Kuil Heian dibangun pada abad kedelapan dengan gaya Cina.
Kuil yang sekarang berdiri dibuat tahun 1895. Kuil ini dibangun untuk
menghormati Kaisar Jepang terkenal, Kammu.